Minggu, 23 Desember 2012

TANGGUNG JAWAB ORANG TERDIDIK


Dalam sebuha film India berjudul 3 idiots, ada sebuah potongan dialog
            “sekolah itu yang penting bukan membayar tapi hanya butuh seragam. Menurut penulis, dialog ini sangat menarik untuk kita renungkan karena mengungkapkan kepada kita agar jangan membenturkan mimpi dan cita-cita kita hanya karena masalah biaya atau materi. Dalam hal ini meraih cita-cita dengan cara mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Bangsa Indonesia memang telah merasakan manisnya pendidikan, namun manisnya pendidikan itu tidak dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia dan dirasakan menjadi barang mahal. Misalnya tentang biaya pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi yang masih menjulang dan tidak bisa dijangkau oleh semua orang yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dengan kondisi keuangan yang minim.  Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah janji kemerdekaan yang sangat dihafal oleh semua rakyat Indonesia. Namun siapakah yang bertugas melunasi janji kemerdekaan itu? 
            Mencerdaskan dan mendidik adalah tugas negara, tetapi sesungguhnya mendidik adalah tugas moral orang terdidik. Dan seperti apakah wajah pendidikan di negeri ini? Kurangnya biaya pendidikan, bangunan yang hampir roboh, fasilitas yang kurang memadai, jarak yang jauh, kurangnya tenaga pengajar dan masalah-masalah lain masih saja terjadi. Itulah wajah pendidikan di negeri ini.
            Sekolah atau institusi pendidikan lainnya seharusnya tidak memposisikan dirinya sebagai penjual jasa pendidikan denga para pelajar sebagai pembelinya. Anies Baswedan, pakar pendidikan dan pendiri gerakan Indonesia mengajar, mengungkapkan bahwa pengelolaan pendidikan di Indonesia memang mahal dan ini adalah tantangan bagi inststitusi pendidikan.
            Pendidikan dapat membantu dalam pembangunan disegala bidang baik fisik maupun non fisik. Namun pembangunan fisik lahir dari pembangunan non fisik atau pembangunan hal terpenting yang ada dalam diri manusia yaitu karakter. Pendidikan dapat memberikan pandangan dari berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lainnya.
        Karakter tidak bisa diwariskan, tidak bisa dibeli dan ditukar. Karakter setiap manusia harus dibangun dan dikembangkan. Karakter adalah pembawaan dari semenjak lahir dan tidak bisa diubah seperti sidik jari. Namun, manusia sesungguhnya dapat dididik, walaupun memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter tidak dapat diubah. Diperlukan perjuangan yang berat dan latihan terus menerus untuk mendapatkan nilai-nilai yang baik. Setiap orang bertanggungjawab atas karakternya. Setiap orang memiliki kontrol penuh atas karakternya masing-masing. Artinya kita tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter yang melekat pada diri kita. Membangun karakter adalah tanggung jawab pribadi. Dan bagaimana agar kita bisa menjadi manusia yang berkarakter tiada lain adalah dengan mengenyam pendidikan. Karena dengan pendidikan kita tahu sikap apa yang harus dilakukan. Pendidikan adalah elemen penting pembangunan bangsa, karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Bila karakter masyarakat Indonesia terbentuk, maka akan melahirkan jati diri bangsa.  
Bagaimanapun kondisinya bangsa ini harus disikapi dengan kritis dan optimis. Bangsa Indonesia harus memiliki sikap positif agar maju dan berkembang. Janji kemerdekaan telah dilunasi oleh para pendahulu bangsa. Bangsa Indonesia harus lebih bekerja keras untuk melunasi janji kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semoga dapat terlahir para generasi muda yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nila-nilai luhur bangsa.

Minggu, 10 Juni 2012

JEMARI YANG SALING MENGGENGGAM



Harapanku telah tertuju pada Makhluk halus kemarin, tapi telah tertuju pada Eci kini dan seterusnya. Aku tak membutuhkan alasan mengapa aku harus berpaling dari makhluk halus pada Eci. Akupun tak menanyakan kepada Tuhan mengapa takdirku tak sejalan dengan apa yang kuharapkan. Karena suatu saat, aku pasti akan menemukan jawabannya. Aku tak perlu menyibukan diri untuk menjelaskan perasaanku pada Eci. Walau kami telah saling mengailkan jari kelingking, walau jemari kami telah saling menggenggam erat dan kami selalu berjalan beriringan menapaki masa depan. Dari hasil goresan penaku, tak banyak puisi dan kisah imajinasi yang tercipta tentangnya.  Hanya cerita-cerita nyata yang sederhana tentang kami berdua yang menyesaki berlembar-lembar buku diary-ku.
Atas segala kekeliruanku kemarin, aku tak perlu menyalahkan siapapun bahkan diriku sendiri. Juga tak lagi mengukur kebahagiaanku bersama Eci berdasarkan ukuran kebahagiaan orang lain. Tak banyak ungkapan cinta yang ku ucapkan bila akhirnya malah tak mampu untuk kubuktikan. Ketika aku butuh untuk memperlihatkan, aku hanya bisa berbuat dan bereaksi untuk Eci. Cinta hanya sebatas ungkapan bagi orang yang tak mampu memperjuangkan cintanya. Sementara aku hanya menjalani apa yang sudah kumiliki.
Tak ada yang kusesali walau sebaliknya Eci selalu menyesali mengapa tak mengenaliku sedari dulu. Diriku yang dia tahu adalah sosok gadis kecil di masa silam yang selalu melewati rumahnya, yang selalu dia lihat berangkat mengaji menyeberangi sawah dengan langkah-langkah kecilku dan kepalaku yang tertunduk malu-malu. Gadis kecil yang jika dilihat dari kejauhan, seperti anak lelaki yang berjalan dengan langkah gemulai, berkulit putih bersih. Hehehe….tomboy!

Rabu, 28 Maret 2012

PROFESI MULIA


 
Baru-baru ini penulis mendapat kiriman sms berisi angket yang mempertanyakan “apakah profesi yang dianggap mulia bagi anda di Indonesia?” akan ada beragam jawaban dari pertanyaan tersebut. Dari berbagai blog yang penulis baca ada banyak orang yang mengklaim kalau profesi mulia itu adalah guru, dokter, aktivis HAM, wartawan, ibu rumah tangga, aparat keamanan dll.
Kemuliaan adalah barang mahal, memancarkan kehebatan, keagungan dan keistimewaan. Kemuliaan yang tidak dicemari oleh kepentingan pribadi. Bukan materi yang dicari tapi kepentingan kemanusiaan. Tentang  memenuhi hak-hak yang masih dianggap barang mahal di negeri ini seperti pendidikan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan dsb.
Hanya orang mulia yang mau memenuhi hak-hak itu dengan tulus tanpa pamrih. Orang yang berbeda dan berani dianggap berbeda oleh masyarakat disekitarnya. Tangguh, kreatif, idealis dan ingin berjuang. Profesi mulia selalu bertujuan untuk mencintai bangsa ini. Profesi mulia dimiliki oleh orang yang mau berubah menjadi lebih baik. Dan menerangi dirinya lalu orang-orang disekitarnya. Bersumber dari orang yang selalu menebarkan nilai-nilai kebaikan dan pengabdian dalam pekerjaannya. Tidak mengejar pekerjaan tetap, gengsi, pengalaman, uang, pangkat dan beberapa tujuan lainnya. Mereka memilih hidup atas panggilan hati dan panggilan suci. Suci yang berarti mengabdi  untuk yang suci. Dari pengabdian itu, maka lahirlah perasaan untuk melakukan pekerjaan dengan benar. Sama halnya dengan bekerja berdasarkan panggilan hati maka akan membuat kemauan menjadi lebih kuat. Pikiran menjadi semakin tajam sehingga akan menjadi lebih produktif dibanding bekerja tanpa hati. Karena dorongan hatilah yang menggerakan fikiran, kemauan dan tindakan kita. Mereka yang bekerja digerakkan oleh tujuan-tujuan  mulia yang lahir dari hati nurani, seringkali bertahan dan meraih sukses. Apapun yang dikerjakan sepenuh hati, keseriusan, fokus dan totalitas akan menghasilkan kualitas prima. Kesuksesan selalu diterima oleh mereka yang bekerja dengan segenap hatinya.
Profesi mulia dilakukan oleh orang yang mau berkarir, bukan bekerja. Beda pengertian antara berkarir dan bekerja. Karir lebih mengejar ambisi hidup dan berjalan kearah tujuan hidup seumur hidup. karir dibangun dari waktu ke waktu. Sebuah karir meskipun mungkin tidak cukup menguntungkan bagi pemula, dalam jangka panjang bisa menjadi sumber penghasilan yang besar. Karir juga ditandai dengan melakukan apa yang dicintai. Sementara pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan. Suatu pekerjaan bisa jadi untuk  jangka pendek karena dapat dihentikan kapan saja oleh majikan atau bahkan karyawan sendiri, sementara karier adalah jangka panjang.
Kemuliaan datang dari pelayanan. Orang yang melayani adalah orang yang mulia. Pekerjaan adalah wujud pelayanan nyata bagi orang lain. Kita tidak seperti hewan yang hidup untuk diri sendiri. Manusia mulia pasti aktif memikirkan dan berbuat bagi masyarakat. Kuncinya mampu bekerja secara sempurna.

Penulis mahasiswi STAI Al-Muhajiri, Purwakarta
Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan hadits

Selasa, 03 Januari 2012

KARENA MEREKAPUN, PASTI MENGEJAR CINTANYA


kita hanya perlu mencari seseorang yang apabila kita menatap kedua bolamatanya, maka akan kita temukan kasih sayang di dalamnya. bukan mencari orang yang selalu berpaling dari kita...
mungkin ikhtiyar kita masih jauh dan belum bersungguh-sungguh dalam pinta dan harap. tapi tangkaplah keyakinan dan kepercayaan dari relung hati kita pada-Nya.
jangan sampai kita terbiasa melakukan semua interaksi mubazir. biarkanlah diri kita melakukan banyak hal di luar kebiasaan dalam mengungkapkannya. ungkapkan rasa dengan hal apapun yang bermanfaat dan positif. ungkapkan rasa dengan menulis, ungkapkan rasa dengan memasak, ungkapkan rasa dengan menggambar, ungkapkan rasa dengan puisi dll.
meski sedih dan galau  hanya bisa terobati dengan tangis, tapi hati tak pernah berhenti menggantungkan harap pada-Nya. karena menggantungkan harapan pada makhluk, hanya akan membuat diri kita semakin lemah dan gentar.
bukan....ini bukan bentuk keputus asa'an atau diam berpangku tangan. ini adalah cara berpijak dan bersandar dari kegagalan yang mungkin pernah kita alami di masa lalu. tapi seburuk apapun masa lalu, dia telah berlalu. dan, seindah apapun masa lalu, dia telah berlalu.
tetaplah tersenyum tenang walau hati menangis. tetaplah menapaki jalan lurus yang di syari'atkan.
tenggelamkan dan benamkanlah sedalam-dalamnya rasa sedih itu.
berdiri tegak, menghirup udara kebebasan. segala hal yang kita alami mungkin menyakitkan. tapi yang perlu kita lakukan hanya mengurangi kesedihan itu.

sebagai wanita, aku sendiri merasa tak perlu mengejar. aku hanya perlu mempersiapkan diri dengan matang untuk menyambut datangnya sang titisan adam. persiapkan dengan ilmu, persiapkan dengan akhlak, persiapkan dengan kesehatan yang terjaga, persiapkan  dengan cinta kasih yang tersimpan utuh, tersimpan rapat...untuk yang lebih berhak.
persiapkanlah...karena merekapun, sedang berjuang mengejar cintanya...
tapi bagaimana mereka mau mendekat jika yang ingin diraihnya sedang berlari menuju cinta yang belum tentu sejati dengan cara yang tak syar'i.
hehehe...aku tahu semua memang tak kan selalu berjalan mudah. semudah aku menekan tombol-tombol keyboard laptop ini. tapi dari mana kita akan belajar bersabar, belajar memaknai kejujuran dan ketulusan bila semua hal yang kita harapkan harus didapat dengan instan

its my gokielsz brother....his name Akmaludin Sahidanur, call  him Din-din, Akmal, or Malud wkwkwk...
dia suka banget Manchester United

Sabtu, 17 Desember 2011

HIDUP BERAWAL DARI MIMPI

(untuk apa punya kaki bila tak melangkah)

Yo' kujelang matahari dengan segelas teh panas
Di pagi ini ku bebas, karna nggak ada kelas
Di ruang mata ini kamar ini srasa luas
Letih dan lelah juga, lambat lambat terkuras

Teh sudah habis, kerongkongan ku pun puas
Mulai ku tulis semua kehidupan di kertas
Hari hari yang keras, kisah cinta yang pedas
Perasaan yang was was, dan gerakku yang terbatas

Tinta yang keluar dari dalam pena
Berirama dengan apa yang kurasa
Dalam hati ini ingin kuubah semua
Kehidupan monoton penuh luka putus asa

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Yo' yo' dunia memang tak selebar daun kelor
Akal dan pikiran ku pun tak selamanya kotor
Membuka mata hati demi sebuah cita-cita
Mlangkah pasti, pena dan tinta berbicara

Tetapkan pilihan tuk satu kemungkinan
Sbagai bintang hiburan, dan terus melayang
Tak heran ragaku, terbalut lebel mewah
Cerminan seorang raja dalam crita Cinderella

Ini bukan mimpi atau halusinasi
Sebuah anugerah yang akan ku nikmati nanti
Hasil kerja keras ku terbayarkan lunas.. tuntas..
Melakoni jati diri sampe puas

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Akh.. jack.. one two yo'
Jalan sedikit tersungkur terjungkir terbalik
Mlangkah menuju titik, lakukan yang terbaik
Ku ketatkan tekad dan niat agar melesat
Sperti rudal squad, mimpiku kan kudapat

Mencari tepuk tangan atas karya keringatku
Bukan satu yang ingin aku tuju
Naik ke'atas pentas, agar orang puas
Dapat applause, cek atau pun uang kertas

Yo' cari sensasi ataupun kontroversi "uh-oh"
Bukan caraku agar hidupku rekonstruksi
Dari mimpi semua hal dapat terjadi
Maka lemparkan sayap dan terbanglah yang tinggi

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Agar semua terjadi, hingga kelak kau mati..
agar semua terjadi, hingga kelak ku mati..

Rabu, 14 Desember 2011

MELAFALKAN TASBIH DI ANGKASA KEBAHAGIAAN

( foto: Cianting, Purwakarta)
Mendaki gunung-gunung, menjamah tanah di lembah-lembah, memanjat batang-batang pepohonan. Mereguk air yang jernih, mencium setangkai bunga mawar. Saat itulah kutemukan jiwaku yang merdeka dan bebas seperti burung yang berkicau melafalkan tasbih di angkasa kebahagiaan. 
(Foto: Desa Randian, Sukatani, Purwakarta)

Berjalan di muka bumi Allah yang sangat luas dengan senantiasa berdzikir dan bertasbih. Membaca Al-Qur’an di tepian sungai, pinggiran hutan-hutan yang rimbun diantara burung-burung yang sedang berkicau. Membaca untaian puisi cinta. Atau di depan gemericik aliran air sungai yang mengisahkan perjalanannya dari hulu kehilir.
(Foto: Gunung Leutik, Plered, Purwakarta)
 
Menjelajahi pelosok-pelosok negeri. Berjalan ke tempat-tempat indah yang tak pernah ku kunjungi. Mencari ketenangan, kegembiraan, berfikir dan menghayati ciptaan Allah yang sangat luas…(Dr. Aidh Al-Qarnie, La Tahzan)
(Foto: Loji, Karawang)

mengarungi jalanan berbatu di tengah sawah dan pegunungan. memacu semangat sekuat mungkin untuk menemukan jalan pulang. begitu jauh, begitu curam, begitu rusak. 
pergi ke sungai. merebahkan diri diatas bebatuan besar di pinggiran sungai dan menatap lurus langit biru di atasku. memejamkan mata, menatap pepohonan, menatap burung-burung yang melayang bebas, membenamkan jemariku di air yang jernih.
kelopak bunga berwarna-warni menyambut kedatanganku di sepanjang pendakianku, disepanjang pnjelajahanku, di sepanjang langkahku...
menemukan kabut, basahnya rerumputan, air yang jernih, pepohonan yang tinggi menjulang, kicau burung, kepakan sayap burung elang, pesta hewan-hewan di malam hari...
kutunggu penjelajahan selanjutnya. ah...tidak, ku buat, kuciptakan petualanganku yang selanjutnya. 
 
(Foto: Cirata, Plered, Purwakarta)
 
(Foto: Citeko, Plered, Purwakarta)