Sabtu, 17 Desember 2011

HIDUP BERAWAL DARI MIMPI

(untuk apa punya kaki bila tak melangkah)

Yo' kujelang matahari dengan segelas teh panas
Di pagi ini ku bebas, karna nggak ada kelas
Di ruang mata ini kamar ini srasa luas
Letih dan lelah juga, lambat lambat terkuras

Teh sudah habis, kerongkongan ku pun puas
Mulai ku tulis semua kehidupan di kertas
Hari hari yang keras, kisah cinta yang pedas
Perasaan yang was was, dan gerakku yang terbatas

Tinta yang keluar dari dalam pena
Berirama dengan apa yang kurasa
Dalam hati ini ingin kuubah semua
Kehidupan monoton penuh luka putus asa

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Yo' yo' dunia memang tak selebar daun kelor
Akal dan pikiran ku pun tak selamanya kotor
Membuka mata hati demi sebuah cita-cita
Mlangkah pasti, pena dan tinta berbicara

Tetapkan pilihan tuk satu kemungkinan
Sbagai bintang hiburan, dan terus melayang
Tak heran ragaku, terbalut lebel mewah
Cerminan seorang raja dalam crita Cinderella

Ini bukan mimpi atau halusinasi
Sebuah anugerah yang akan ku nikmati nanti
Hasil kerja keras ku terbayarkan lunas.. tuntas..
Melakoni jati diri sampe puas

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Akh.. jack.. one two yo'
Jalan sedikit tersungkur terjungkir terbalik
Mlangkah menuju titik, lakukan yang terbaik
Ku ketatkan tekad dan niat agar melesat
Sperti rudal squad, mimpiku kan kudapat

Mencari tepuk tangan atas karya keringatku
Bukan satu yang ingin aku tuju
Naik ke'atas pentas, agar orang puas
Dapat applause, cek atau pun uang kertas

Yo' cari sensasi ataupun kontroversi "uh-oh"
Bukan caraku agar hidupku rekonstruksi
Dari mimpi semua hal dapat terjadi
Maka lemparkan sayap dan terbanglah yang tinggi

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Agar semua terjadi, hingga kelak kau mati..
agar semua terjadi, hingga kelak ku mati..

Rabu, 14 Desember 2011

MELAFALKAN TASBIH DI ANGKASA KEBAHAGIAAN

( foto: Cianting, Purwakarta)
Mendaki gunung-gunung, menjamah tanah di lembah-lembah, memanjat batang-batang pepohonan. Mereguk air yang jernih, mencium setangkai bunga mawar. Saat itulah kutemukan jiwaku yang merdeka dan bebas seperti burung yang berkicau melafalkan tasbih di angkasa kebahagiaan. 
(Foto: Desa Randian, Sukatani, Purwakarta)

Berjalan di muka bumi Allah yang sangat luas dengan senantiasa berdzikir dan bertasbih. Membaca Al-Qur’an di tepian sungai, pinggiran hutan-hutan yang rimbun diantara burung-burung yang sedang berkicau. Membaca untaian puisi cinta. Atau di depan gemericik aliran air sungai yang mengisahkan perjalanannya dari hulu kehilir.
(Foto: Gunung Leutik, Plered, Purwakarta)
 
Menjelajahi pelosok-pelosok negeri. Berjalan ke tempat-tempat indah yang tak pernah ku kunjungi. Mencari ketenangan, kegembiraan, berfikir dan menghayati ciptaan Allah yang sangat luas…(Dr. Aidh Al-Qarnie, La Tahzan)
(Foto: Loji, Karawang)

mengarungi jalanan berbatu di tengah sawah dan pegunungan. memacu semangat sekuat mungkin untuk menemukan jalan pulang. begitu jauh, begitu curam, begitu rusak. 
pergi ke sungai. merebahkan diri diatas bebatuan besar di pinggiran sungai dan menatap lurus langit biru di atasku. memejamkan mata, menatap pepohonan, menatap burung-burung yang melayang bebas, membenamkan jemariku di air yang jernih.
kelopak bunga berwarna-warni menyambut kedatanganku di sepanjang pendakianku, disepanjang pnjelajahanku, di sepanjang langkahku...
menemukan kabut, basahnya rerumputan, air yang jernih, pepohonan yang tinggi menjulang, kicau burung, kepakan sayap burung elang, pesta hewan-hewan di malam hari...
kutunggu penjelajahan selanjutnya. ah...tidak, ku buat, kuciptakan petualanganku yang selanjutnya. 
 
(Foto: Cirata, Plered, Purwakarta)
 
(Foto: Citeko, Plered, Purwakarta)

TANAH YANG MENUMBUHKAN SEGALA KEBAIKAN


Surprize.....bangun tidur di dekat bantalku sudah ada kue tart dari anak-anak kobong...
20,20,20!!! hmmm...ada satu tambahan doa yang diberikan oleh semua orang yang mengucapiku selamat.
"teteh...semoga cepat dapet jodoh ya..."

seorang santri putri memberikanku sebuah puisi...
daun gugur merapuh menuju tanah
ranting meranggas menuju belukar
ombak pasang menuju surut
awan gulita menjadi mentari terik

begitupun jiwa dan raga
badan balita menjadi dewasa
umur sebulan menjadi 240 bulan lebih
serabut tahun menjadi setangkai dewasa
sebuah kecerdasan dan tumbuh menjadi pohon dengan dahan kesalehan

ukhty...doaku mengalir
dari hulu ke hilir hati
menuju sandaran laut sang ilahi
untuk ukhty
semoga dalam pengarungan
sang khalik menyiapkan
sampan dan rakit hidayah

selamat ulang tahun.... Sarah berharap dan berdoa semoga ukhty menjadi lebih baik layaknya tanah yang menumbuhkan segala kebaikan...

Selasa, 13 Desember 2011

KAMERA EOS....I LOVE YOU...!!!!!


Its so excited!!! Luar biasa. Itu kurasakan saat jemariku menyentuh benda itu. Dan menggunakannya. Kamera EOS. Jepret sana- jepret sini. Dengan kamera itu. Membuatku lebih percaya diri untuk mendekati orang-orang penting. Tak kan kulupa saat aku memutar fixelnya, menekan tombol powernya. Semuanya…semuanya membuatku semakin bahagia. Nggak nyangka di acara itu aku dipercaya menjadi fotografer. Aku menemukan diriku yang bersemangat. Diriku yang gigih, diriku yang ceria, diriku yang percaya diri bersama kamera itu. Aku merasakan kembali diriku yang sesungguhnya. Merasakan kembali jiwaku yang terkubur sebelumnya. Aku bisa menciptakan senyumanku sendiri.
di waktu yang lainnya, aku kembali terhipnotis olleh suara decitan-decitan yang keluar dari tombol kamera EOS para wartawan REFUBLIKA itu. semakin lama tubuhku semakin merinding. hatiku luluh. kamera hitam mengkilap itu menggodaku...
ketika suaranya kembali berdecit, saat itupula jantungku terhenyak. fixelnya yang diputar-putar.
aku merinding.....tubuhku dingin. cahayanya yang menerjang-nerjang setiap objek foto yang diambilnya...
aku ingin memilikinya.....

Senin, 12 Desember 2011

GEJOLAK KEMENANGAN


Ada rasa yang menerjang-nerjang kuat hatiku. Membuatku ingin mengulang semuanya. Mengembalikan semuanya. Menguras asa, meluruhkan kejemuan. Semangat itu, lantangnya suaraku, kepercayaan diriku, kembali menggedor-gedor bilik ingatanku. Lagi-lagi aku ingin mengulangnya. Berpidato lagi, berorasi lagi, berteriak lagi.
Rasa ini timbul sesaat setelah aku melihat iklan audisi Da’I Muda di sebuah stasiun TV. Ini kesempatan, ini peluang, ini emas. Aku hanya ingin mengulangnya kembali, Aku hanya ingin merasakannya kembali dengan diriku yang sekarang. Bukan, bukan kemenangan yang aku inginkan. Aku butuh tempat untuk menyalurkan kemampuan dan potensiku. Tidak membiarkannya terpasung dan terbelenggu seperti ini.
Lalu tentang kemenangan-kemenanganku saat SMP dan SMA…semuanya menguras ketidak sabaranku untuk mengikuti audisi itu. Aku rindu, aku sangat merindukannya. Aku sendiri tidak merasa pintar berpidato. Semua berasal dari rasa percaya diri dan optimis. Kemenangan hanya efek samping. Aku sangat diliputi ketidak tenangan. Terasa sesak disini. Di dada ini. Mendesak-desak dengan kuatnya.
Namun…saat ini aku hanya bisa ikut merasakan berjuta bahagia dan kebanggaan yang bergejolak di dalam dada seperti yang dirasakan siswa SMI itu. Gejolak kebanggaan atas setiap kemenangan dan kemenangan yang diraihnya.
Calon da’i…dia memang calon da’i. kini dia di Bandung mengikuti Audisi Da’I Muda. Kompetisi yang sangat kuidam-idamkan. Perlombaan yang selama ini aku impikan. Tapi aka nada banyak hal yang kukorbankan. Mengorbankan kuliah dan anak-anak kobong bila aku mengikuti perlombaan itu. Biar aku di sini, menuai doa untuk siswa SMI itu. Agar aku kembali merasakan kemenangan yang terwakili olehnya. Biarkan aku di sini. Menyelami perjuangan yang sesunggunya…

KANGEN MASA -MASA SMA


Sabtu, 15 Januari 2011
            Di kampus, aku selalu mengalami keceriaan yang sama seperti yang aku rasakan saat SMA dulu. Hanya saja…kegilaan, kebodohan, kedodolan dan kelucuan anak-anak XII IPS 1 tetap tak terkalahkan. Bedanya kalau di kampus  hampir semua mahasiswanya memiliki background pesantren, termasuk diriku. Tapi di SMA…boro-boro nemuin anak pesantren, kebanyakan anak-anaknya menyentuh pengajian aja uda jarang.  sholat juga mungkin bolong-bolong....tapi nggak semuanya....
walaupun kesannya kayak anak badung....tapi solidaritas mereka tinggi. walaupun dari ucapannya kasar, tapi mereka hatinya baik.

Haduh Friends sumpah dech, aku sampai ngakak setengah hidup kalau inget pengalamn super duper nyebelin ini!!
Kalau di tanya soal ngerujak!! udah deh aku memang hobinya. 
Well, pas aku masih duduk di kelas XII IPS 1. Kelasku lagi ngadain Nge-RUJAK PARTY gitu. ya sebagai maniak rujak aku ikut nimbrung dong...

Di lain hal temen aku sebut aja S jadi korban ke jahiliyahan & kebiadaban teman aku sbut ja R. ( Hmmm kayak tersangka kriminal aja) so apa sih bentuk kebiadaabannya??? Si R ngelemparin buah mangga ke ( bgian terntentu si S)
Sebagai cewek yang emang terkenal galak dan killer, S sewot abis dong!!! akhirnya S pun mengamuk, ekspresi wajahnya ngga jauh beda sama HULK kalau lagi berubah wujud.
Dia teriak-teriak, nangis-nangis, semua penghuni ragunanpun sampai di sebutin sama S. dan teriakannya terdengar sampai seantero Sekolah.

Finally, Wakasek Kesiswaanpun datang ke kelas. Di jelasin tuch duduk perkaranya kayak gimana. Kita-kita memang ngakuin kalau kita lagi makan rujak pas jam pelajaran but gurunya lagi ngga ada.
dan akhirnya Pak wakasek ngambil Vonis yang sgt sangat sangat mengejutkan!!! kami semuanya (nggak semuanya juga sich) komunitas XII IPS 1, yangg cakep-cakep kalau di lihat dari monas pakai sedotan limun, di kasih irisan buah mangga satu persatu termasuk aku, kami kira cukup sampe situ aja.eh ternyata kita-kita di suruh ngegigit tuh irisan mangga yangg Asemmnya RRUAAAAAARRRR Biasa!!!
kita-kita ngegigit tuch irisan manga sampe ngiler-ngiler secara asem banget!!! tuch mangga gak boleh lepas dari mulut kita-kita
Lalu dengan lantangnya pak waksek kesiswaan bicara lantang....
"kelilingin semua kelas sambil ngegigit tuch mangga"

AAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRGGGGHHH!!! SAMBEL !!!
Kok yang konflik cuman 2 orang tapi satu kelas yang kebawa-bawa . Emang bener yah nila setitik rusak susu sebelanga.
Semua orang tertawa, semua orang ngeledek , semua orang menyoraki kita-kita. dan aneh kok tumben-tumbenanan seorang  aku bisa bikin onar jga???
Penderitaan ngga sampai di situ. Kita-kita di suruh berbaris di dekat Kopsis. dan di pertontonkan layaknya hewan sirkus.
Terus Kita-kita di poto ....sambil gigit mangga!!! Masya....rakaaaaaat. sial abis aku hari ini. malu banget sumpah.

Katanya foto-foto kita mau di sebarin di internet. dan sekarang foto-foto kita ya udah di pajang di mading sekolah.... Hmmm...untung cuman buah mangga bukan buah duren
Pesan Moral: Jangan Pernah Ngelemparin buah mangga sembarangan, karena bisa mengakibatkan serangan jantung, impotensi, kerusakan pada paru-paru dan janin ( Lho ?)  


           Hmmm... Dulu dan sekarang tak ada yang berbeda pada diriku. Aku masih menjadi diriku yang berbeda dengan orang lain. Lebih memusatkan perhatian pada buku-buku, membatasi obrolan yang nggak penting dengan teman-teman dan penyendiri.

Kamis, 08 Desember 2011

DARI RAHIMKU

ini adalah diriku yang baru. yang terus menghembuskan nafas yang baru. di balik kelemah lembutan tersimpan kekuatan bukan ketidak berdayaan. menjalani fitrahku sebagai muslimah sejati. menjaga kesucian hati.
terus...terus kunikmati dan kujalankan amanah sang khalik kepadaku. sebagai wanita. terus kutampakan identitasku sebagai muslimah...
bukan! aku bukan wanita penjerumus. aku bukan umpan syethan. aku adalah muslimah yang dari rahimku kelak akan terlahir generasi Islam.
aku bukan sebatang kayu yang bengkok. aku hidup lurus dalam aturan Islam. sebatang kayu bengkok tidak mungkin menciptakan bayangan yang lurus. di balik keanggunan tersimpan keteguhan bukan kerapuhan.
aku harus menjadi muslimah berilmu. dari rahimku akan terlahir generasi Islam yang baru...

Senin, 05 Desember 2011

SATU KEYAKINAN

Sungguh…sangat sulit bagiku untuk memendam getarannya. Jemariku yang basah oleh keringat, tak berhenti meremas-remas rok panjangku. Aku sudah tak berdaya. Wajahku memanas menyusul warna merah merona yang semakin menjalar. Sementara leherku pegal karena hampir setengah jam menunduk dalam-dalam. Bingung! Bagaimana harus memulainya?
Selama berdiam diri di kamar, aku yang selama ini hanya bercengkrama dengan laptop, kanvas, buku dan pena. Kini harus berhadapan dengan sesuatu yang baru,  makhluk bernyawa yang bisa tersenyum manis dan menjadi imam shalat berjama’ahku…
Dia benar-benar hidup…dia suamiku.
            “Neng…?” serunya
            Aku menatapnya dengan lirikan mataku yang berat.
            “Neng sakit, dari tadi kulihat diam saja?”
            Lebih cepat dari kedipan mataku, dia sudah merapatkan jemarinya di dahiku. Kurasakan buku-buku jarinya mengusap keringat dinginku. Jemari yang kekar dan hangat itu lalu menyusuri pipi dan daguku.
            “Akang…apa yang bisa aku lakukan untukmu sekarang?” ucapku, setengah menggumam.
            “Peluk akang…” ucapnya “Dekati akang…”
            Pelan-pelan aku mulai membenamkan jemariku di punggungnya. Menenggelamkan kepalaku di dadanya yang bidang. Dia merengkuh kepalaku. Jemarinya menelusup di pinggangku.
            “Jangan berkata apapun. Yang ku inginkan darimu sekarang adalah merasakan keberadaanku di sini. Merasakan kedekatanku di sisimu. Bahkan dekapan ini takkan pernah bisa mengukur dekatnya jiwa kita. Rasakan kalau  jantung kita berdegub dalam hitungan detik dan irama yang sama. Pelukan ini bukanlah kedekatan yang sejati. Dekatkan jiwa dengan suara hati kita. Biarkan hati kita yang berbicara. Sejauh apapun kita terpisah, tapi hati kita tetap saling berbicara.   
            Aku memilihmu dengan satu keyakinan. Dan kau menerimaku dengan satu keyakinan. Keyakinan kepada Allah kalau kita memang pantas untuk saling memiliki. Kita pantas Allah persatukan dalam ikatan cinta yang halal nan suci. Jangan meragukanku, karena akupun tidak meragukan kesucian dan keutuhan cintamu. Aku tahu cintamu tersimpan rapat dan dipersembahkan dengan sempurna untuk diriku yang kini menjadi orang yang berhak mendapatkan cintamu. Neng…yakinkan bahwa Allah ada di balik semua ini. Allah ada di balik dorongan hatiku untuk memilikimu. Walau keraguan sempat menyusup dalam diriku. Membuat fikiranku berperang saat itu. Kita berada dalam dua dunia yang berbeda, mustahil rasanya kita bersatu. Aku yang dulu gankster, kamu yang dulu santri.”
            “Akang anak gaul, semantar aku kuper dan kutu buku.” Sambungku.
            “Aku mahasiswa Tekhnik, sementara kamu mahasiswa Tafsir”
            “Akang jago buat puisi, sementara aku jago melukis.” Tambahku
            “Aku yang senang balapan motor, sementara kamu senang menghafal Al-Qur’an.”
            “Akang yang kini vokalis band, sementara aku guru ngaji. Satu hal yang sama…kita saling mencintai.”
            “Tapi aku sangat kecewa padamu!”
            Aku melepaskan pelukanku.
            “Cintamu tak seutuhnya orisinil! Dan pernah terbagi untuk lelaki lain sebelum diriku.”
            “Maksud akang?”
            “kamu pernah naksir sama teman sekelasmu yang KM itu kan, lalu kamu diam-diam menggambar wajahnya, membuat banyak cerpen tentangnya, membuat novel yang terinspirasi dari kehidupan dia dan menghadiahi dia mushaf Al-Qur’an! Dasar!! genit sekali dirimu.”
            Senyumku merekah indah
            “Heh! Kenapa senyam-senyum!” ucapnya sangar
            “Diakan akang sendiri…tapi, kok akang bisa tahu?”
            “Aku suka membaca web-blog kamu, dari situ terjawab sudah segala teka-teki tentang dirimu. Termasuk perasaanmu itu…”
            “Mau ku ceritakan dongeng sebelum tidur?” tanyaku
            “Hehehe…boleh juga tuh.”
            Suamiku mengajakku berbaring dan membentangkan lengannya untuk menjadi bantalan kepalaku.
            “Suatu sore, kendaraan silih berseliweran di depanku yang sedang menunggu celah untuk menyeberangi jalan raya kota Karawang. Aku harus pulang cepat, aku harus mengejar bus ke kota Purwakarta. dan ketika aku hendak menyeberang…sosok sang KM   melintas cepat dengan motornya di depanku. Menyadari keberadaanku, dia tersenyum dan melambaikan tangan sambil terus melaju dengan motornya.
            Dia masih tetap berswiter coklat, tetap berhelmet biru dan tetap berwajah dingin, sangar seperti dulu. Meski hanya kebetulan, tapi aku yakin Allah sudah mengatur pertemuan ini.  Meski dulu aku menaruh sayang padanya, tapi aku tak berani untuk berharap. Hanya Mushaf Al-Qur’an kecil yang kutinggalkan untuknya. Setidaknya dia bisa mengingatku, walau sesaat dalam hidupnya, walau sedetik dalam rangkaian perjalanan hidupnya
            Masih membekas, semua terasa berjalan pelan, sang KM yang melintas dengan cepat bersama motornya di depanku. Setelah dia, aku tak memberanikan diri berharap pada lelaki manapun lagi. Cintaku yang sederhana dan bisu, menghampiriku lagi..”
           

Rabu, 30 November 2011

MENJAGA HATI

Yovi n The Nuno
masih tertinggal bayanganmu
yang telah membekas di relung hatiku
hujan tanpa henti seolah bertanda
cinta tak disini lagi kau telah berpaling

REFF:
biarkan aku menjaga perasaan ini
menjaga segenap cinta yang telah kau beri
engkau pergi aku takkan pergi
kau menjauh aku takkan jauh
sebenarnya diriku masih mengharapkanmu
ooh oooh

masih adakah cahaya rindumu
yang dulu selalu cerminkan hatimu
aku takkan bisa menghapus dirimu
meskipun kulihat kau kini diseberang sana

REFF

andai akhirnya kau tak juga kembali
aku tetap sendiri menjaga hati

REFF 2x

sejujurnya ak masih mengharapkanmu
oooh ooohh


ETIKA WANITA MUSLIMAH DALAM SURAT AN-NUR


Surat An-Nur ayat 31:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau  ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
An-Nur  ayat 61:
وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui. 
A.     ASBABUN NUZUL
Sebab nuzul surat An-Nur ayat 31:
Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa Asma’ binti Murtsid pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main di kebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma’ : Alangkah buruknya (pemandangan) ini.” Turunnya ayat ini (S. 24:31) sampai ‘auratunnisa’ berkenaan dengan peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada kaum mu’minat untuk menutup aurat mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil yang bersumber dari jabir bin Abdillah.)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia lalu dihadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ketanah sehingga dua gelang kakinya bersuara merdu. Maka turunlah kelanjutan ayat ini (S.24:31) “wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat yang melarang wanita menggerak-gerakan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki. (diriwayatkan oleh Ibnu Jariryang bersumber dari Hadlrami)
B.     POKOK ISI SURAT
Ayat 31      : perintah menundukan pandangan, menjaga kemaluan, tidak menampakan perhiasan dan menutup aurat.
Ayat 60      : etika dalam menggunakan perhiasan
C.     PENAFSIRAN   AYAT
Ayat 31:
Dalam ayat ini Allah menyuruh Rasul-Nya agar memberi petunjuk kepada kaum wanita agar jangan memandang aurat laki-laki dan aurat wanita yang mereka tidak dihalalkan memandangnya (antara pusar dan lutut). Demikian pula jika mereka memandang selain itu dengan dorongan syahwat maka hukumnya haram. Tetapi jika tanpa dorongan syahwat, maka tidak haram, namun demikian, menahan pandangan terhadap laki-laki asing adalah lebih baik bagi mereka. 
Hendaklah para wanita memelihara kemaluannya dari perbuatan yang diharamkan, seperti berzina dan hendaklah menutupinya agar tidak dilihat oleh siapapun. Tidak menampakkan sedikitpun dari perhiasannya kepada lelaki asing, kecuali apa  yang tampak dan tak mungkin di sembunyikan seperti cin-cin, celak mata dan lipstick. Lain halnya jika mereka menampakan perhiasannya yang harus disembunyikan. Seperti gelang tangan, gelang kaki, kalung, mahkota dan anting-anting. Karena semua perhiasan ini terletak pada bagian tubuh (betis, leher, kepala, dahi dan telinga) yang tidak halal untuk dipandang, kecuali oleh orang-orang yang dihalalkan dalam ayat ini.
Hendaklah mereka menahan kudungannya ke dada bagian atas di bawah leher, agar dengan demikian mereka dapat menutupi rambut, leher dan dadanya, sehingga tak sedikitpun daripadanya yang terlihat. Menampakan perhiasan hanya kepada suami dan beberapa orang tertentu. Salah satunya adalah budak wanita. Atau pembantu laki-laki yang sudah tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, tidak mempunyai kebutuhan kepada wanita. Karena lanjut usia hingga syahwatnya hilang, maupun karena di kebiri. Atau anak-anak yang belum baligh, belum mempunyai syahwat dan belum mampu menggauli wanita.
Hendaknya wanita tidak memukulkan kaki ke tanah agar gelang kakinya bergemerincing karena yang demikian itu dapat membangkitkan kecenderungan kaum lelaki kepada mereka.
Ayat 60:
Adapun para wanita yang tidak dapat melahirkan lagi karena usianya yang sudah lanjut dan tidak mempunyai keinginan untuk kawin, maka tidak berdosa untuk menanggalkan pakaian luarnya seperti mantel dan  jilbab yang berada di atas kudung dengan syarat tidak menampakkan perhiasan tersembunyi seperti rambut dan bagian atas dan betis kepada mahram maupun bukan mahramnya.
Para wanita tidak berdosa untuk duduk dirumahnya dengan mengenakan kudung serta menanggalkan jilbab selama tidak bermaksud bersolek dan menampakkan perhiasan yang wajib di sembunyikan. Hal ini jika mereka tidak mempunyai sisa-sisa kecantikan yang bisa menimbulkan syahwat. Tetapi jika mereka mempunyainya, maka tidak termasuk dalam pembicaraan ayat ini.
Jika mereka memelihara kehormatan dengan tetap mengenakan jilbabnya. Maka hal itu lebih baik bagi mereka daripada meninggalkannya karena akan menjauhkan mereka dari fitnah. Allah Maha Mendengar perkataan yang berlangsung antara mereka dan para lelaki. Serta Maha Mengetahui maksud mereka. Tidak sedikitpun diantara  perkara mereka yang tidak diketahui agar tidak terbujuk oleh syethan untuk melanggar perintah dan larangannya.
D.     HIKMAH PELAJARAN
Salah satu fitrah wanita adalah rasa malu. Malu di sini bukan berarti rendah diri tapi rasa malu yang dilihat dari cara berpakaian. Wanita yang berjilbab rapat menandakan keistiqomahannya dalam menjaga fitrah atau rasa malunya agar tetap utuh.  Dengan adanya rasa malu, segala tindak tanduk dan tutur katanya dapat terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Qur’an dan sunah. Semakin kurang iman seseorang, semakin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, semakin buruk kualitas akhlaknya. Menjaga rasa malu dan hijab yang diperintahkan Allah. Itulah satu-satunya cara memelihara kesucian dan kehormatan.
Perhiasan sejati bagi wanita muslimah akhlak yang mulia dan perilaku takwa. Dan kekayaannya yang sejati adalah iman. Salah satu ciri khas wanita adalah menjaga pandangan.

Selasa, 29 November 2011

KEEP STRONG WHEN TROUBLE


Minggu, 29 Mei 2011
 Tanpa kuduga tangisku membuncah dan menyatu bersamaan dengan siraman air wudhu. Mencoba menghapus lelehannya dengan membasuh banyak air ke wajahku. Air mata boleh hilang bersama air wudhu. Tapi luka itu…
Tidak, aku tidak menyebut semua yang kudapat adalah beban. Tapi hanya rasa letih yang terkumpul menunggu untuk diistirahatkan sejenak. Di simpan dan kuambil satu persatu untuk kuhadapi dan kupintal benang kusut masalah yang kuhadapi itu. Ya, hanya itu.
Menangis, menyendiri, merangkul hatiku sejenak, untuk bangun lagi, bangkit lagi, menghadapi hari lagi dan bermain bersamaan melajunya waktu.
Terkumpul…semuanya hadir menyembul dalam benakkku. Tentang bapak dan ke tiga adik-adikku. Tentang mama, tentang semangat kuliahku yang sekarat, tentang novelku yang tak kunjung diterbitkan, tentang perasaanku yang ku kubur hidup-hidup menyisakan nafas terakhir. Semuanya bersua dalam waktu yang tak terduga. Membuncah…
Sekali lagi kukatakan bahwa ini bukan beban. Aku hanya letih. Hatiku sedang keram. Menyendiri dan merenung bagiku adalah obat. Ingat! Aku sedang berlatih menepa kekuatan otot-otot hati, jiwa dan imanku. Aku sudah menuliskan mimpi-mimpiku untuk kuwujudkan. Tak hanya jadi tempelan di lemari kamarku. Itu harus kuwujudkan.
Menghapus air mataku sendiri, menyemangati diriku sendiri. Keep strong when trouble
Di kelas VII G, 20.30 WIB

SEJARAH PENGUMPULAN AL-QUR'AN

A.       PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
Pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an dalam bentuk seperti saat ini, tidak terjadi dalam satu masa, tapi berlangsung selama beberapa tahun.  Urutan, susunan dan jumlah ayat di setiap surah sudah dibakukan sejak zaman Raulullah saw. Karenanya surah-surah di dalam Al-Qur’an harus dibaca sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan.[1]   
Kebanyakan peneliti sejarah yang berbicara tentang masalah ini berdasarkan riwayat, berpendapat bahwa pengumpulan dan penertiban surah-surah Al-Qur’an terjadi sepeninggal Rasulullah saw. Yang diprakarsai oleh Umar Bin Khattab, Abu Abakar, Ali Bin Abi Thalib, kemudian Zaid Bin Tsabit dan sahabat-sahabat mulia lainnya.
Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Rasulullah Saw. Terjadi lewat hafalan dan tulisan. Bangsa Arab secara kodrati memiliki daya hafal yang sangat kuat. Hal itu umumnya karena buta huruf, sehingga dalam penulisan berita-berita, syair-syair, dan silsilah dilakukan dengan catatan dalam hati. Begitupula dengan Rasulullah Saw. Beliau saw. Sangat menyukai wahyu, ia selalu menunggu penurunan wahyu dengan rasa rindu dan menghafal dan memahaminya. Dia adalah hafidz dan penghafal Al-Qur’an pertama.
Dalam hal penulisan Al-Qur’an, beliau mempercayakannya kepada Zaid Bin Tsabit, Ali Bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Ubay Bin Ka’ab. Bila ayat turun beliau memerintahkan mereka menuliskannya dan menunjukan tempat ayat tersebut dalam surat. Selain itu para shabatpun menuliskan Al-Qur’an atas inisiatif mereka sendiri. Tanpa diperintah Nabi Saw.[2]

B.      PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR
Setelah Rasulullah Saw. Wafat, umat muslim merasa terguncang karena telah kehilangan figure Nabi. Merekapun memilih Abu Bakar sebagai Khalifah. Pada masa kepemimpinannya banyak terjadi perang melawan orang-orang murtad. Persoalan perang menyebabkan perhatian sebagian besar kaum muslimin luput memikirkan masalah Al-Qur’an. Atau tidak jadi prioritas. Mereka masih tenang karena jumlah ahli Al-Qur’an masih banyak. Akan tetapi 1000 pasukan muslim gugur dan 450 diantaranya adalah ahli Al-Qur’an.[3]
Keputusan Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu Mushaf merupakan keputusan yang paling genting yang pernah ia putuskan selama hidupnya. Keputusan ini juga merupakan langkah terbesar yang pernah ia putuskan dalam sejarah umat Islam. Berdampak pada pemeliharaan teks Al-Qur’an.
Sebagai bentuk kekhawatiran  akan semakin banyak lagi korban yang berjatuhan dari ahli Al-Qur’an. Abu Bakar atas saran Umar Bin Khattab memerintahkan Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Zaid Bin Tsabit dipilih karena masih muda. Dia dianggap tidak terlalu panatik dan mempertahankan pendapatnya sendiri. Selain itu Zaid juga menyaksikan pertemuan terakhir ketika Rasulullah Saw. Membacakan Al-Qur’an dihadapan Jibril. Pada tahun wafat Rasulullah saw.
Zaid Bin Tsabit mengurutkan dan mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah kurma, tulang-tulang, lempengan batu serta hafalan para sahabat. Suhuf (lembaran-lembaran) yang dikumpulkan disimpan oleh Abu Bakar hingga wafatnya lalu disimpan oleh Umar hingga wafat.
Pada saat itu Al-Qur’an belum dikumpulkan dalam satu Mushaf. Tapi pada masa Nabi Al-Qur’an telah dikumpulkan dalam bentuk hafalan. Umar Bin Khattab termasuk salah seorang juru tulis wahyu dan termasuk orang yang bertanggung jawab besar terhadap pemeliharaan Al-Qur’an.

C.      PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA UTSMAN BIN AFFAN
Utsman menjabat sebagai khalifah pada tahun 24 H. 6 tahun pertama pemerintahannya penuh dengan peperangan dan perluasan wilayah. Utsman mengutus para ahli baca Al-Qur’an ke berbagai daerah taklukan. Mereka mengajarkan sesuai kemampuan yang mereka miliki dan apa yang mereka hafal.[4]
Terjadi perbedaan bacaan yang sedang berlaku dengan bacaan mereka. Menyebabkan masing-masing daerah menganggap bacaannya lebih baik. Solusi khalifah Utsman,   mengirimkan utusan untuk menemui Hafshah binti Umar dan memintanya mengirim Mushaf yang disimpannya untuk disalin.
Atas peringatan Hudzaipah, Utsman mengeluarkan keputusan menyalin Mushaf-Mushaf Al-Qur’an.  Utsman menyuruh Zaid Bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Sa’id bin As dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalinnya. Mereka menyalinnya ke dalam beberapa mushaf.
Utsman berpesan bila terjadi perselisihan pendapat diantara para penyalin Al-Qur’an itu. Hendaknya mereka melihat dengan bahasa (dialek) Quraisy. Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa kaum Quraisy. Setelah disalin suhuf di kembalikan kepada Hafshah. Utsman mengirimkan satu Mushaf ke setiap daerah taklukan Islam dan membakar mushaf-mushaf yang ada selain mushaf yang telah disalin.
Awalnya perbedaan cara membaca Al-Qur’an belum tampak. Setelah perbedaan banyak terjadi, barulah Utsman dan para sahabat memandang perlu untuk menyebarluaskan  mushaf - mushaf tersebut ke khalayak umum. Tujuan lain yang ingin dicapai dari usaha Utsman menyalin mushaf-mushaf adalah untuk menghilangkan perbedaan Qiro’ah yang saat itu hampir meruntuhkan persatuan umat.



BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
1.      Pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an dalam bentuk seperti saat ini, tidak terjadi dalam satu masa, tapi berlangsung selama beberapa tahun.
2.      Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah saw. Dilakukan dengan hafalan dan tulisan.
3.       Masa kekhalifahan Abu Bakar dilakukan  pengumpulkan Al-Qur’an yang tersebar dengan menuliskan dalam satu mushaf.
4.      Masa khalifah Utsman Bin Affan menyamakan bentuk Qiro’ah agar menghindari perpecahan umat.
B.      SARAN
Sudah semestinya kita mempelajari sejarah pengumpulan Al-Qur’an sebagai bagian dari studi Al-Qur’an.


[1] M. Hadi Ma’rifat dalam bukunya, Sejarah Al-Qur’an terbitan Al-Huda hal. 129
[2] Manna Khalil al-Qattan dalam bukunya, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an terbitan Litera Antarnusa hal. 179
[3] Prof. Dr. Abdussabur Syahn dalam bukunya, Sejarah Al-Qur’an terbitan Rehal Publik hal.  38
[4] Prof. Dr. Abdurrahman Syahn dalam bukunya, Sejarah Al-Qur’an terbitan Rehal publik hal. 46

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2011. Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta. Litera AntarNusa
Ma’rifat, M. hadi. 2007. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta. Al-Huda
Syahn, Abdurrahman. Prof.Dr. 2008. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta. PT. Rehal Publik

TAFSIR MAUDHU'I SURAT AL-INSYIRAH


A.            TEMA SURAT
Penghibur hati
B.      INFORMASI SURAT
Surat ini terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Makiyyah dan diturunkan sesudah surat Ad-Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam Nasyrah yang terdapat dalam ayat pertama yang berarti : bukankah kami telah melapangkan.
C.   ASBAB AN NUZUL
Menurut As-Suyuthi, ayat ini (S.94:1/8) turun ketika kaum musyrikin memperolok  muslimin karena kekafirannya. Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa ketika turun ayat ini (S.94:6) Rasulullah saw. Bersabda:
“Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian, kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.” (diriwayatkan oleh ibnu jarir bersumber dari Al-Hasan)
D.      POKOK  ISI SURAT
Penegasan tentang nikmat-nikmat Allah swt. Yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Dan pernyataan Allah bahwa disamping kesusahan ada kemudahan. Karena itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakkal  kepada-Nya.
1.       Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
2.      Dan  kami telah menghilangkan darimu bebanmu?
3.       Yang telah memberatkan punggungmu?
4.       Dan  Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu?
5.      Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
6.      Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.
7.      Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
8.      Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
E.       PENGELOMPOKAN AYAT
1-3       : Hati yang dilapangkan saat beban datang.
4-6       : Sesudah kesulitan ada kemudahan.
7-8       : Bersungguh-sungguh mengerjakan urusan dengan tetap bersandar kepada Allah SWT.
F.  PENAFSIRAN KELOMPOK AYAT
1-3       : Ketika Rasulullah SAW mendapatkan kesusahan dan kesulitan dalam berdakwah, yang telah memberatkan hidup Rasulullah SAW  lalu Allah melapangkan hati Rasulullah SAW, dan menghilangkan beban dan kesulitannya.
4-6       : Hidup tidak serta merta mengalami kesulitan terus menerus. Tapi akan disertai dengan kemudahan dan solusi dari masalah yang dihadapi sehingga masalah-masalah itu dapat terselesaikan. Oleh karenanya tidak boleh ada  rasa pesimis atau putus asa. Allah telah menjamin akan ada kemudahan setelah kesulitan.
7-8       : Allah menyampaikan kepada Rasulullah SAW apabila telah selesai berdakwah maka beribadahlah kepada Allah SWT. Apabila telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat. Dan apabila telah selesai mengerjakan shalat maka berdo’alah. Jangan sampai ada do’a dan pinta harap yang tertuju kepada selain Allah. Pasrah dan bertawakallah kepada Allah dengan melakukan amal shaleh.
G.     KESIMPULAN
            Allah akan melapangkan hati dan menghilangkan beban siapapun yang ditimpa kesulitan dengan memberinya kemudahan. Asalkan manusia bertawakal kepada Allah SWT dan berharap pada-Nya. Juga melakukan amal shaleh
H.     HIKMAH  PELAJARAN
            Jangan pernah merasa putus asa, karena setiap keadaan pasti berubah. Sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar. Dan tetap berusaha. Jangan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan kesedihan. Karena setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.