Sabtu, 17 Desember 2011

HIDUP BERAWAL DARI MIMPI

(untuk apa punya kaki bila tak melangkah)

Yo' kujelang matahari dengan segelas teh panas
Di pagi ini ku bebas, karna nggak ada kelas
Di ruang mata ini kamar ini srasa luas
Letih dan lelah juga, lambat lambat terkuras

Teh sudah habis, kerongkongan ku pun puas
Mulai ku tulis semua kehidupan di kertas
Hari hari yang keras, kisah cinta yang pedas
Perasaan yang was was, dan gerakku yang terbatas

Tinta yang keluar dari dalam pena
Berirama dengan apa yang kurasa
Dalam hati ini ingin kuubah semua
Kehidupan monoton penuh luka putus asa

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Yo' yo' dunia memang tak selebar daun kelor
Akal dan pikiran ku pun tak selamanya kotor
Membuka mata hati demi sebuah cita-cita
Mlangkah pasti, pena dan tinta berbicara

Tetapkan pilihan tuk satu kemungkinan
Sbagai bintang hiburan, dan terus melayang
Tak heran ragaku, terbalut lebel mewah
Cerminan seorang raja dalam crita Cinderella

Ini bukan mimpi atau halusinasi
Sebuah anugerah yang akan ku nikmati nanti
Hasil kerja keras ku terbayarkan lunas.. tuntas..
Melakoni jati diri sampe puas

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Akh.. jack.. one two yo'
Jalan sedikit tersungkur terjungkir terbalik
Mlangkah menuju titik, lakukan yang terbaik
Ku ketatkan tekad dan niat agar melesat
Sperti rudal squad, mimpiku kan kudapat

Mencari tepuk tangan atas karya keringatku
Bukan satu yang ingin aku tuju
Naik ke'atas pentas, agar orang puas
Dapat applause, cek atau pun uang kertas

Yo' cari sensasi ataupun kontroversi "uh-oh"
Bukan caraku agar hidupku rekonstruksi
Dari mimpi semua hal dapat terjadi
Maka lemparkan sayap dan terbanglah yang tinggi

Chorus:
Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
Rasakan semua, peduli 'tuk ironi tragedi
Senang bahagia, hingga kelak kau mati

Agar semua terjadi, hingga kelak kau mati..
agar semua terjadi, hingga kelak ku mati..

Rabu, 14 Desember 2011

MELAFALKAN TASBIH DI ANGKASA KEBAHAGIAAN

( foto: Cianting, Purwakarta)
Mendaki gunung-gunung, menjamah tanah di lembah-lembah, memanjat batang-batang pepohonan. Mereguk air yang jernih, mencium setangkai bunga mawar. Saat itulah kutemukan jiwaku yang merdeka dan bebas seperti burung yang berkicau melafalkan tasbih di angkasa kebahagiaan. 
(Foto: Desa Randian, Sukatani, Purwakarta)

Berjalan di muka bumi Allah yang sangat luas dengan senantiasa berdzikir dan bertasbih. Membaca Al-Qur’an di tepian sungai, pinggiran hutan-hutan yang rimbun diantara burung-burung yang sedang berkicau. Membaca untaian puisi cinta. Atau di depan gemericik aliran air sungai yang mengisahkan perjalanannya dari hulu kehilir.
(Foto: Gunung Leutik, Plered, Purwakarta)
 
Menjelajahi pelosok-pelosok negeri. Berjalan ke tempat-tempat indah yang tak pernah ku kunjungi. Mencari ketenangan, kegembiraan, berfikir dan menghayati ciptaan Allah yang sangat luas…(Dr. Aidh Al-Qarnie, La Tahzan)
(Foto: Loji, Karawang)

mengarungi jalanan berbatu di tengah sawah dan pegunungan. memacu semangat sekuat mungkin untuk menemukan jalan pulang. begitu jauh, begitu curam, begitu rusak. 
pergi ke sungai. merebahkan diri diatas bebatuan besar di pinggiran sungai dan menatap lurus langit biru di atasku. memejamkan mata, menatap pepohonan, menatap burung-burung yang melayang bebas, membenamkan jemariku di air yang jernih.
kelopak bunga berwarna-warni menyambut kedatanganku di sepanjang pendakianku, disepanjang pnjelajahanku, di sepanjang langkahku...
menemukan kabut, basahnya rerumputan, air yang jernih, pepohonan yang tinggi menjulang, kicau burung, kepakan sayap burung elang, pesta hewan-hewan di malam hari...
kutunggu penjelajahan selanjutnya. ah...tidak, ku buat, kuciptakan petualanganku yang selanjutnya. 
 
(Foto: Cirata, Plered, Purwakarta)
 
(Foto: Citeko, Plered, Purwakarta)

TANAH YANG MENUMBUHKAN SEGALA KEBAIKAN


Surprize.....bangun tidur di dekat bantalku sudah ada kue tart dari anak-anak kobong...
20,20,20!!! hmmm...ada satu tambahan doa yang diberikan oleh semua orang yang mengucapiku selamat.
"teteh...semoga cepat dapet jodoh ya..."

seorang santri putri memberikanku sebuah puisi...
daun gugur merapuh menuju tanah
ranting meranggas menuju belukar
ombak pasang menuju surut
awan gulita menjadi mentari terik

begitupun jiwa dan raga
badan balita menjadi dewasa
umur sebulan menjadi 240 bulan lebih
serabut tahun menjadi setangkai dewasa
sebuah kecerdasan dan tumbuh menjadi pohon dengan dahan kesalehan

ukhty...doaku mengalir
dari hulu ke hilir hati
menuju sandaran laut sang ilahi
untuk ukhty
semoga dalam pengarungan
sang khalik menyiapkan
sampan dan rakit hidayah

selamat ulang tahun.... Sarah berharap dan berdoa semoga ukhty menjadi lebih baik layaknya tanah yang menumbuhkan segala kebaikan...

Selasa, 13 Desember 2011

KAMERA EOS....I LOVE YOU...!!!!!


Its so excited!!! Luar biasa. Itu kurasakan saat jemariku menyentuh benda itu. Dan menggunakannya. Kamera EOS. Jepret sana- jepret sini. Dengan kamera itu. Membuatku lebih percaya diri untuk mendekati orang-orang penting. Tak kan kulupa saat aku memutar fixelnya, menekan tombol powernya. Semuanya…semuanya membuatku semakin bahagia. Nggak nyangka di acara itu aku dipercaya menjadi fotografer. Aku menemukan diriku yang bersemangat. Diriku yang gigih, diriku yang ceria, diriku yang percaya diri bersama kamera itu. Aku merasakan kembali diriku yang sesungguhnya. Merasakan kembali jiwaku yang terkubur sebelumnya. Aku bisa menciptakan senyumanku sendiri.
di waktu yang lainnya, aku kembali terhipnotis olleh suara decitan-decitan yang keluar dari tombol kamera EOS para wartawan REFUBLIKA itu. semakin lama tubuhku semakin merinding. hatiku luluh. kamera hitam mengkilap itu menggodaku...
ketika suaranya kembali berdecit, saat itupula jantungku terhenyak. fixelnya yang diputar-putar.
aku merinding.....tubuhku dingin. cahayanya yang menerjang-nerjang setiap objek foto yang diambilnya...
aku ingin memilikinya.....

Senin, 12 Desember 2011

GEJOLAK KEMENANGAN


Ada rasa yang menerjang-nerjang kuat hatiku. Membuatku ingin mengulang semuanya. Mengembalikan semuanya. Menguras asa, meluruhkan kejemuan. Semangat itu, lantangnya suaraku, kepercayaan diriku, kembali menggedor-gedor bilik ingatanku. Lagi-lagi aku ingin mengulangnya. Berpidato lagi, berorasi lagi, berteriak lagi.
Rasa ini timbul sesaat setelah aku melihat iklan audisi Da’I Muda di sebuah stasiun TV. Ini kesempatan, ini peluang, ini emas. Aku hanya ingin mengulangnya kembali, Aku hanya ingin merasakannya kembali dengan diriku yang sekarang. Bukan, bukan kemenangan yang aku inginkan. Aku butuh tempat untuk menyalurkan kemampuan dan potensiku. Tidak membiarkannya terpasung dan terbelenggu seperti ini.
Lalu tentang kemenangan-kemenanganku saat SMP dan SMA…semuanya menguras ketidak sabaranku untuk mengikuti audisi itu. Aku rindu, aku sangat merindukannya. Aku sendiri tidak merasa pintar berpidato. Semua berasal dari rasa percaya diri dan optimis. Kemenangan hanya efek samping. Aku sangat diliputi ketidak tenangan. Terasa sesak disini. Di dada ini. Mendesak-desak dengan kuatnya.
Namun…saat ini aku hanya bisa ikut merasakan berjuta bahagia dan kebanggaan yang bergejolak di dalam dada seperti yang dirasakan siswa SMI itu. Gejolak kebanggaan atas setiap kemenangan dan kemenangan yang diraihnya.
Calon da’i…dia memang calon da’i. kini dia di Bandung mengikuti Audisi Da’I Muda. Kompetisi yang sangat kuidam-idamkan. Perlombaan yang selama ini aku impikan. Tapi aka nada banyak hal yang kukorbankan. Mengorbankan kuliah dan anak-anak kobong bila aku mengikuti perlombaan itu. Biar aku di sini, menuai doa untuk siswa SMI itu. Agar aku kembali merasakan kemenangan yang terwakili olehnya. Biarkan aku di sini. Menyelami perjuangan yang sesunggunya…

KANGEN MASA -MASA SMA


Sabtu, 15 Januari 2011
            Di kampus, aku selalu mengalami keceriaan yang sama seperti yang aku rasakan saat SMA dulu. Hanya saja…kegilaan, kebodohan, kedodolan dan kelucuan anak-anak XII IPS 1 tetap tak terkalahkan. Bedanya kalau di kampus  hampir semua mahasiswanya memiliki background pesantren, termasuk diriku. Tapi di SMA…boro-boro nemuin anak pesantren, kebanyakan anak-anaknya menyentuh pengajian aja uda jarang.  sholat juga mungkin bolong-bolong....tapi nggak semuanya....
walaupun kesannya kayak anak badung....tapi solidaritas mereka tinggi. walaupun dari ucapannya kasar, tapi mereka hatinya baik.

Haduh Friends sumpah dech, aku sampai ngakak setengah hidup kalau inget pengalamn super duper nyebelin ini!!
Kalau di tanya soal ngerujak!! udah deh aku memang hobinya. 
Well, pas aku masih duduk di kelas XII IPS 1. Kelasku lagi ngadain Nge-RUJAK PARTY gitu. ya sebagai maniak rujak aku ikut nimbrung dong...

Di lain hal temen aku sebut aja S jadi korban ke jahiliyahan & kebiadaban teman aku sbut ja R. ( Hmmm kayak tersangka kriminal aja) so apa sih bentuk kebiadaabannya??? Si R ngelemparin buah mangga ke ( bgian terntentu si S)
Sebagai cewek yang emang terkenal galak dan killer, S sewot abis dong!!! akhirnya S pun mengamuk, ekspresi wajahnya ngga jauh beda sama HULK kalau lagi berubah wujud.
Dia teriak-teriak, nangis-nangis, semua penghuni ragunanpun sampai di sebutin sama S. dan teriakannya terdengar sampai seantero Sekolah.

Finally, Wakasek Kesiswaanpun datang ke kelas. Di jelasin tuch duduk perkaranya kayak gimana. Kita-kita memang ngakuin kalau kita lagi makan rujak pas jam pelajaran but gurunya lagi ngga ada.
dan akhirnya Pak wakasek ngambil Vonis yang sgt sangat sangat mengejutkan!!! kami semuanya (nggak semuanya juga sich) komunitas XII IPS 1, yangg cakep-cakep kalau di lihat dari monas pakai sedotan limun, di kasih irisan buah mangga satu persatu termasuk aku, kami kira cukup sampe situ aja.eh ternyata kita-kita di suruh ngegigit tuh irisan mangga yangg Asemmnya RRUAAAAAARRRR Biasa!!!
kita-kita ngegigit tuch irisan manga sampe ngiler-ngiler secara asem banget!!! tuch mangga gak boleh lepas dari mulut kita-kita
Lalu dengan lantangnya pak waksek kesiswaan bicara lantang....
"kelilingin semua kelas sambil ngegigit tuch mangga"

AAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRGGGGHHH!!! SAMBEL !!!
Kok yang konflik cuman 2 orang tapi satu kelas yang kebawa-bawa . Emang bener yah nila setitik rusak susu sebelanga.
Semua orang tertawa, semua orang ngeledek , semua orang menyoraki kita-kita. dan aneh kok tumben-tumbenanan seorang  aku bisa bikin onar jga???
Penderitaan ngga sampai di situ. Kita-kita di suruh berbaris di dekat Kopsis. dan di pertontonkan layaknya hewan sirkus.
Terus Kita-kita di poto ....sambil gigit mangga!!! Masya....rakaaaaaat. sial abis aku hari ini. malu banget sumpah.

Katanya foto-foto kita mau di sebarin di internet. dan sekarang foto-foto kita ya udah di pajang di mading sekolah.... Hmmm...untung cuman buah mangga bukan buah duren
Pesan Moral: Jangan Pernah Ngelemparin buah mangga sembarangan, karena bisa mengakibatkan serangan jantung, impotensi, kerusakan pada paru-paru dan janin ( Lho ?)  


           Hmmm... Dulu dan sekarang tak ada yang berbeda pada diriku. Aku masih menjadi diriku yang berbeda dengan orang lain. Lebih memusatkan perhatian pada buku-buku, membatasi obrolan yang nggak penting dengan teman-teman dan penyendiri.

Kamis, 08 Desember 2011

DARI RAHIMKU

ini adalah diriku yang baru. yang terus menghembuskan nafas yang baru. di balik kelemah lembutan tersimpan kekuatan bukan ketidak berdayaan. menjalani fitrahku sebagai muslimah sejati. menjaga kesucian hati.
terus...terus kunikmati dan kujalankan amanah sang khalik kepadaku. sebagai wanita. terus kutampakan identitasku sebagai muslimah...
bukan! aku bukan wanita penjerumus. aku bukan umpan syethan. aku adalah muslimah yang dari rahimku kelak akan terlahir generasi Islam.
aku bukan sebatang kayu yang bengkok. aku hidup lurus dalam aturan Islam. sebatang kayu bengkok tidak mungkin menciptakan bayangan yang lurus. di balik keanggunan tersimpan keteguhan bukan kerapuhan.
aku harus menjadi muslimah berilmu. dari rahimku akan terlahir generasi Islam yang baru...

Senin, 05 Desember 2011

SATU KEYAKINAN

Sungguh…sangat sulit bagiku untuk memendam getarannya. Jemariku yang basah oleh keringat, tak berhenti meremas-remas rok panjangku. Aku sudah tak berdaya. Wajahku memanas menyusul warna merah merona yang semakin menjalar. Sementara leherku pegal karena hampir setengah jam menunduk dalam-dalam. Bingung! Bagaimana harus memulainya?
Selama berdiam diri di kamar, aku yang selama ini hanya bercengkrama dengan laptop, kanvas, buku dan pena. Kini harus berhadapan dengan sesuatu yang baru,  makhluk bernyawa yang bisa tersenyum manis dan menjadi imam shalat berjama’ahku…
Dia benar-benar hidup…dia suamiku.
            “Neng…?” serunya
            Aku menatapnya dengan lirikan mataku yang berat.
            “Neng sakit, dari tadi kulihat diam saja?”
            Lebih cepat dari kedipan mataku, dia sudah merapatkan jemarinya di dahiku. Kurasakan buku-buku jarinya mengusap keringat dinginku. Jemari yang kekar dan hangat itu lalu menyusuri pipi dan daguku.
            “Akang…apa yang bisa aku lakukan untukmu sekarang?” ucapku, setengah menggumam.
            “Peluk akang…” ucapnya “Dekati akang…”
            Pelan-pelan aku mulai membenamkan jemariku di punggungnya. Menenggelamkan kepalaku di dadanya yang bidang. Dia merengkuh kepalaku. Jemarinya menelusup di pinggangku.
            “Jangan berkata apapun. Yang ku inginkan darimu sekarang adalah merasakan keberadaanku di sini. Merasakan kedekatanku di sisimu. Bahkan dekapan ini takkan pernah bisa mengukur dekatnya jiwa kita. Rasakan kalau  jantung kita berdegub dalam hitungan detik dan irama yang sama. Pelukan ini bukanlah kedekatan yang sejati. Dekatkan jiwa dengan suara hati kita. Biarkan hati kita yang berbicara. Sejauh apapun kita terpisah, tapi hati kita tetap saling berbicara.   
            Aku memilihmu dengan satu keyakinan. Dan kau menerimaku dengan satu keyakinan. Keyakinan kepada Allah kalau kita memang pantas untuk saling memiliki. Kita pantas Allah persatukan dalam ikatan cinta yang halal nan suci. Jangan meragukanku, karena akupun tidak meragukan kesucian dan keutuhan cintamu. Aku tahu cintamu tersimpan rapat dan dipersembahkan dengan sempurna untuk diriku yang kini menjadi orang yang berhak mendapatkan cintamu. Neng…yakinkan bahwa Allah ada di balik semua ini. Allah ada di balik dorongan hatiku untuk memilikimu. Walau keraguan sempat menyusup dalam diriku. Membuat fikiranku berperang saat itu. Kita berada dalam dua dunia yang berbeda, mustahil rasanya kita bersatu. Aku yang dulu gankster, kamu yang dulu santri.”
            “Akang anak gaul, semantar aku kuper dan kutu buku.” Sambungku.
            “Aku mahasiswa Tekhnik, sementara kamu mahasiswa Tafsir”
            “Akang jago buat puisi, sementara aku jago melukis.” Tambahku
            “Aku yang senang balapan motor, sementara kamu senang menghafal Al-Qur’an.”
            “Akang yang kini vokalis band, sementara aku guru ngaji. Satu hal yang sama…kita saling mencintai.”
            “Tapi aku sangat kecewa padamu!”
            Aku melepaskan pelukanku.
            “Cintamu tak seutuhnya orisinil! Dan pernah terbagi untuk lelaki lain sebelum diriku.”
            “Maksud akang?”
            “kamu pernah naksir sama teman sekelasmu yang KM itu kan, lalu kamu diam-diam menggambar wajahnya, membuat banyak cerpen tentangnya, membuat novel yang terinspirasi dari kehidupan dia dan menghadiahi dia mushaf Al-Qur’an! Dasar!! genit sekali dirimu.”
            Senyumku merekah indah
            “Heh! Kenapa senyam-senyum!” ucapnya sangar
            “Diakan akang sendiri…tapi, kok akang bisa tahu?”
            “Aku suka membaca web-blog kamu, dari situ terjawab sudah segala teka-teki tentang dirimu. Termasuk perasaanmu itu…”
            “Mau ku ceritakan dongeng sebelum tidur?” tanyaku
            “Hehehe…boleh juga tuh.”
            Suamiku mengajakku berbaring dan membentangkan lengannya untuk menjadi bantalan kepalaku.
            “Suatu sore, kendaraan silih berseliweran di depanku yang sedang menunggu celah untuk menyeberangi jalan raya kota Karawang. Aku harus pulang cepat, aku harus mengejar bus ke kota Purwakarta. dan ketika aku hendak menyeberang…sosok sang KM   melintas cepat dengan motornya di depanku. Menyadari keberadaanku, dia tersenyum dan melambaikan tangan sambil terus melaju dengan motornya.
            Dia masih tetap berswiter coklat, tetap berhelmet biru dan tetap berwajah dingin, sangar seperti dulu. Meski hanya kebetulan, tapi aku yakin Allah sudah mengatur pertemuan ini.  Meski dulu aku menaruh sayang padanya, tapi aku tak berani untuk berharap. Hanya Mushaf Al-Qur’an kecil yang kutinggalkan untuknya. Setidaknya dia bisa mengingatku, walau sesaat dalam hidupnya, walau sedetik dalam rangkaian perjalanan hidupnya
            Masih membekas, semua terasa berjalan pelan, sang KM yang melintas dengan cepat bersama motornya di depanku. Setelah dia, aku tak memberanikan diri berharap pada lelaki manapun lagi. Cintaku yang sederhana dan bisu, menghampiriku lagi..”