Ada rasa yang menerjang-nerjang kuat hatiku. Membuatku ingin mengulang semuanya. Mengembalikan semuanya. Menguras asa, meluruhkan kejemuan. Semangat itu, lantangnya suaraku, kepercayaan diriku, kembali menggedor-gedor bilik ingatanku. Lagi-lagi aku ingin mengulangnya. Berpidato lagi, berorasi lagi, berteriak lagi.
Rasa ini timbul sesaat setelah aku melihat iklan audisi Da’I Muda di sebuah stasiun TV. Ini kesempatan, ini peluang, ini emas. Aku hanya ingin mengulangnya kembali, Aku hanya ingin merasakannya kembali dengan diriku yang sekarang. Bukan, bukan kemenangan yang aku inginkan. Aku butuh tempat untuk menyalurkan kemampuan dan potensiku. Tidak membiarkannya terpasung dan terbelenggu seperti ini.
Lalu tentang kemenangan-kemenanganku saat SMP dan SMA…semuanya menguras ketidak sabaranku untuk mengikuti audisi itu. Aku rindu, aku sangat merindukannya. Aku sendiri tidak merasa pintar berpidato. Semua berasal dari rasa percaya diri dan optimis. Kemenangan hanya efek samping. Aku sangat diliputi ketidak tenangan. Terasa sesak disini. Di dada ini. Mendesak-desak dengan kuatnya.
Namun…saat ini aku hanya bisa ikut merasakan berjuta bahagia dan kebanggaan yang bergejolak di dalam dada seperti yang dirasakan siswa SMI itu. Gejolak kebanggaan atas setiap kemenangan dan kemenangan yang diraihnya.
Calon da’i…dia memang calon da’i. kini dia di Bandung mengikuti Audisi Da’I Muda. Kompetisi yang sangat kuidam-idamkan. Perlombaan yang selama ini aku impikan. Tapi aka nada banyak hal yang kukorbankan. Mengorbankan kuliah dan anak-anak kobong bila aku mengikuti perlombaan itu. Biar aku di sini, menuai doa untuk siswa SMI itu. Agar aku kembali merasakan kemenangan yang terwakili olehnya. Biarkan aku di sini. Menyelami perjuangan yang sesunggunya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar