Selasa, 24 Agustus 2010

4. Jual Diri

Saat masjid sekolah sudah lengang dan sepi. Dengan langkah gontai Sabila berjalan dan berdiri berhadapan dengan cermin. Dan menatap lekat-lekat bayangannya yang ada di cermin itu. Sabila menunggu, dia menunggu sosok hitam itu muncul kembali. Tapi penantiannya sia-sia. Sosok hitam itu tak kunjung muncul. Sabila lalu melayangkan tinjunya ke arah cermin itu. Tapi urung dilakukannya karena tangan Sahdam sudah menahan tangan Sabila dengan kuat.

“Tidak, tidak Sabila. Kau tidak boleh menyerah begitu saja pada pada cengkraman keputusasaan. Bukankah kau sudah terbiasa tersiksa? Bukankah derai tangis sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupmu?” ucap Sahdam.

“Kamu? Kenapa sih kamu selalu datang di saat-saat yang tak terduga?” Tanya Sabila

“Hanya kaulah sang ratu yang bebas menentukan bagaimana dirimu. Kau adalah raja yang menguasai dirimu sendiri. Kau  punya otoritas penuh untuk menentukan siapa dirimu. Dan terserah kamu, apakah kamu akan menjadi batu karang. Menjadi kupu-kupu. Menjadi nyala api yang berkobar-kobar atau menjadi ranting dan dedaunan yang kering dan rapuh. Karena kamu adalah apa yang kamu fikirkan tentang dirimu.”

“Maksud kamu apa Dam?”

“Coba deh sekarang kamu jual diri!”

“Bego kamu! teman macam apa kamu, nyuruh aku jual diri?”

“Maksudku jual dirimu pada dirimu sendiri. Semacam iklan begitulah…”

“Jual diri?…hmmm jual diriku pada diriku sendiri?”

“Katakan segala hal-hal baik yang sangat ingin kau miliki dan ada pada dirimu sepuasnya. Lihat cermin itu dan berbicaralah!”

Sabila menatap kembali cermin yang ada di depannya.

“Sabila Afiah Jessica…, perkenalkan ini Sabila Afiah Jessica. Orang penting, benar-benar penting. Sabila, kamu pemikir besar, jadi berfikirlah besar. Berfikir besar mengenai segalanya.

            Kau memiliki banyak kemampuan untuk melakukan pekerjaan kelas satu, jadi lakukanlah pekerjaan kelas satu. Sabila, kamu percaya akan kebahagiaan kemajuan, keberhasilan baik itu di dunia dan di akhirat. Jadi mulai sekarang. Berbicaralah hanya tentang kebahagiaan, berbicaralah hanya tentang kemajuan, berbicaralah hanya tentang keberhasilan.

            Kamu memiliki banyak pendorong Sabila, banyak pendorong. Jadi manfaatkanlah pendorong itu. Tidak ada yang dapat menghentikan kamu, tak satupun Sabila. kecuali Allah.

            Sabila kamu antusias. Biarkan antusiasmu terlihat. Kamu tampak baik Sabila. Dan kamu merasa baik. Tetaplah begitu. Sabila Afiah Jessica, kamu orang hebat kemarin dan kamu akan menjadi lebih hebat hari ini. Sekarang maju terus, Sabila, maju terus!!!

            Kamu pintar Sabila, kamu bisa menghapal Al-Qur’an dalam waktu singkat. Karena ingatanmu kuat sangat-sangat kuat.

            Sabila, kamu adalah orang yang paling bahagia di dunia. Karena kau bisa menciptakan kebahagiaanmu dengan caramu sendiri. Hidup bahagia adalah hak-mu. Dan kamu pasti bisa meraih kembali hidayah Allah SWT. Pasti!”

            Sahdam memandang Sabila takjub.

            “Terus dan teruslah memikirkan hal ini di hatimu, di benakmu.  Selalu  ucapkan dengan  suara yang keras  setiap hari. Di depan cermin dan selalu ulangi dengan penuh tekad.  Sabila, bacalah dalam hati beberapa kali sehari. Bacalah sebelum menangani apapun yang menuntut keberanian. Harus kau ucapkan setiap kali kau tak bersemangat.  Dan jangan lupa membacakan doa hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’mannasir

            I think…keberhasilan di dunia dan akhirat itu datang dari pikiran yang di kelola dengan baik. Jangan terima penilaian dari orang biasa. Kamu bukan orang biasa Sabila, kamu bukan orang biasa.  Jualah dirimu pada dirimu sendiri.” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar