Kamis, 24 November 2011

BERCENGKERAMA DENGAN AL-QUR'AN

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku
(Anang M. Yusuf)
 Realitas yang terjadi saat ini tentang interaksi sebagian umat muslim dengan Al-Qur’an tersirat dalam penggalan puisi Anang M. Yusuf diatas. Al-Qur’an sebatas  diakrabi  dan dijadikan sebagai kawan sejati  di masa kanak-kanak saja.  Masa kanak-kanak dimana  Al-Qur’an masih selalu setia  disentuh dalam keadaan suci, dibaca, dipegang  setiap hari dan diciumi mesra setelah selesai dibaca.  Tapi saat usia dewasa beranjak, nampak tak ada minat samasekali pada Al-Qur’an.  Al-Qur’an  dianggap  bacaan usang,  bacaan yang hanya pantas dibaca oleh anak kecil yang sedang belajar mengaji  setiap pagi dan sore secara beramai-ramai dengan teman pengajian. Kini Al-Qur’an yang berisi ayat-ayat yang datangnya dari Allah Swt. tercampakkan, terabaikan dan tersingkir oleh  benda-benda duniawi.
Padahal tak ada yang sia-sia dalam Al-Qur’an. Seluruh aspek yang ada dalam Al-Qur’an memang diperuntukkan bagi kehidupan manusia. Hanya harus ada upaya untuk selalu mengkaji dan menggali isinya. Kebutahurufan Nabi Muhammad Saw. melambangkan kemurnian Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah Swt.  Mukjizat terbesar Rasulullah Saw. Ini semakin menarik untuk dikaji dan tak pernah habis untuk dibahas. Semakin dalam ia dikaji, maka akan semakin banyak pengetahuan yang didapat. Seandainya Al-Qur’an dan terjemahannya di ikut sertakan dalam penganugerahan buku best seller pasti sulit dikalahkan.
Al-Qur’an turun dalam waktu 23 tahun yang dibagi menjadi 2 fase yaitu fase di Makkah dan Madinah. Dibalik Mushaf Al-Qur’an kecil yang kita miliki saat ini terdapat perjalanan historis yang sangat panjang. Diawali kekhawatiran Umar Bin Khatab akan semakin banyaknya korban perang yang berjatuhan dipihak Muslim dimana 450 orang adalah  para penghapal Al-Qur’an, Umar Bin Khatab mencetuskan ide membukukan Al-Qur’an kepada Khalifah Abu Bakar, oleh sang Khalifah diutuslah Zaid Bin Tasbit mengurutkan dan mengumpulkan potongan Al-Qur’an yang  masih tersebar di pelepah kurma, tulang belulang, kulit pohon, lempengan batu dan hafalan para sahabat agar menjadi kesatuan utuh. Lalu tibalah masa kepemimpinan Utsman Bin Affan yang membakar seluruh Mushaf selain Mushaf asli agar mencegah perpecahan umat. Di salinlah Mushaf asli itu oleh Zaid Bin Tsabit beserta  beberapa sahabat ahli Al-Qur’an dan disebarkanlah beberapa salinan Mushaf asli ke berbagai daerah.  Ada hubungan Al-Qur’an dengan ruang waktu dimana Al-Qur’an diturunkan dan mempelajari Al-Qur’an tidak terlepas dari perjalanan sejarah Al-Qur’an itu sendiri. 
Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur’an turun sebagai petunjuk.  Bukan saja bagi  umat dimana kitab ini diturunkan tetapi juga kepada seluruh  umat hingga akhir zaman. Segala sesuatu diterangkan dalam Al-Qur’an. Seluruh aspek kehidupan manusia seperti hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan antar sesama manusia dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya terdapat dalam Al-Qur’an. Antusiasme pengkajian Al-Qur’an melahirkan ilmu tafsir yang selalu mengalami perkembangan dari masa kemasa. Dari metode tafsir Bil Ma’sur (Riwayat) lalu muncul tafsir Bir Ra’yi (Akal), tafsir Maudu’I (Tematik) dsb. dengan berbagai pendekatan baik dalam bidang bahasa, science, sosial, psikologi, sejarah dll. Semua itu membuktikan bahwa Al-Qur’an bisa dikaji oleh siapapun.
Dikutip dalam buku sejarah Al-Qur’an karya Prof.dr. Abdussabur Syahn, seorang Ulama Mesir, Dr. Muhammad Al-Ghazali  mengatakan.
“Generasi pertama terangkat kemulyaannya karena menempatkan Al-Qur’an diatas  segala-galanya. Sedangkan generasi sekarang jatuh kemulyaannya karena menempatkan Al-Qur’an di bawah nafsu dan kepentingan dunia. “
Sudah menjadi rahasia umum bahwa penyebab kemunduran umat muslim maupun individual muslim  dipengaruhi oleh rendahnya tingkat interaksi dengan Al-Qur’an. Pola interaksi kita umumnya hanya sebatas membaca, tanpa melibatkan aspek lainnya. Seperti menghafal, menela’ah, memahami dan mengamalkan.
Dengan menghafalkan Al-Qur’an saja, kita akan merasakan bahwa ayat-ayat itu adalah kalimat-kalimat cinta dari Allah Swt. Hidup seperti apakah yang lebih indah daripada hidup dengan dinaungi oleh rasa cinta kepada-Nya. Ketika kita hendak menghafal Al-Qur’an, sesungguhnya kita sedang menyimpan cahaya di dada kita dan cahaya itulah yang akan menerangi jalan kita dalam setiap episode kehidupan. Tidak mustahil jika kita menjadikan hafal Al-Qur’an sebagai tujuan tertinggi dan proyek seumur hidup.
Al-Qur’an adalah ruh penggerak bagi kemajuan kehidupan manusia bila selalu di baca, ditadabburi  dan dijadikan sebagai baca’an harian.  Dengan banyak membaca, menghafal, mentadaburi dan mengamalkan Al-Qur’an berarti kita sudah merengggut kembali menit-menit yang sebelumnya berlalu sia-sia. Dan menjadikan Al-Qur’an tak hanya sekadar menjadi penghias rumah, tersimpan rapi di lemari,   menjadi mas kawin atau penangkal syetan.
  Sentuh, baca dan pelajarilah kembali Al-Qur’an. Baca kembali saat kita hendak berangkat kerja, putar MP3 Al-Qur’an   selama dalam perjalanan, simpan dimeja kerja untuk selalu dibaca sebelum memulai kerja dan putar di komputer kita saat sedang mengerjakan tugas kuliah atau kantor.
Betapa indah hidup dalam naungan Al-Qur’an. Dimanapun kita berada mari kita jadikan Al-Qur’an sebagai teman dekat kita. Hingga akhirnya tutur kata kita adalah ayat suci, akhlak kita adalah Al-Qur’an bahkan gaya hidup kitapun adalah Al-Qur’an. Dalam hal kesehatan, Al-Qur’an bisa menjadi solusi ideal. Tidak berlebihan bila seorang muslim sejati tidak mungkin terkena stress dan depresi. Kolesterol bisa dipecahkan selama tidak mengkonsumsi daging babi, kegemukan bisa dikurangi dengan puasa Ramadhan. Meditasi tak bisa melebihi khasiat shalat lima waktu sehari semalam karena shalat lebih berpengaruh positif dalam  kebugaran. Wudhu bisa menstimulasi jaringan saraf dan sirkulasi darah.  Semua problematika kesehatan itu sudah cukup menjadi petunjuk bahwa gaya hidup ala Al-Qur’an adalah sehat dan menyehatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar