Kamis, 24 November 2011

MIMPIKU UNTUK TERLAHIR KEMBALI


Kamis, 20 Januari 2011
            Beib, apa yang sedang kamu alami sekarang bukanlah akhir dari kisah cintamu. Di depanmu masih terbentang perjalanan panjang nan berliku. Aku sangat kaget mendengarnya. Sahabatku sudah di muhrimkan. Sahabatku sudah mendahuluiku. Sahabatku sudah lebih dulu dijemput sang pangerannya.
            Kau masih sangat muda Beib. Dan pangeran berkudah putihmupun juga. Kalian pasangan muda. Sekarang  semua gerak-gerik kalian berdua sudah halal di hadapan Allah. Aku juga menginginkannya. Sangat memimpikannya. Mengharapkan untuk menjalin ikatan yang halal. Tapi…tidak harus begitu. Tidak sepertimu. Kau memang sudah halal untuk pangeranmu. Tapi hubungan kalian dirahasiakan dari semua orang. Pernikahan kalian dirahasiakan dari semua orang. Bukankah itu nikah siri’?
            Mimpiku memang terwujud jika nanti di muhrimkan. Tapi itu hanya akan menjadi mimpi yang tidak utuh. Sementara aku ingin mimpi yang utuh. Mimpi yang sempurna. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana garis hidupku kedepannya bila aku melangsungkan pernikahan seperti itu. Pernikahan penuh rahasia. Sesuatu yang dirahasiakan selalu menyakitkan untukku. Merahasiakan perasaan ini saja aku sudah lelah. Apalagi jika aku merahasiakan pernikahanku. Meski saling memiliki, tapi semua orang tidak tahu. Meski saling menyayangi tapi semua orang tak menyadari.
            Aku letih…tapi aku butuh. Aku ingin melupakannya, tapi aku selalu menghadirkan bayangnya. Haruskah ku abaikan saja perasaan ini. Dan memilih sang pangeran yang lebih siap untuk mewujudkan mimpiku. Mimpiku untuk terlahir kembali menjadi seorang istri, ibu dan wanita yang seutuhnya.
Di sudut hujroh 19, 12.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar